Puff…dia lagi.Heran sejak kapan ada
makhluk seperti itu ya di kampus ini?Hitung-hitung sudah seminggu aku
absen gara-gara kakiku terkilir waktu main basket plus seminggu lagi aku
absent untuk pulang ke Jakarta. Sepertinya aku belum pernah melihat
makhluk itu sebelumnya. Siapa ya?
“Namannya Lestari,bro..anak
semester dua.Masa lu ga tau sih?”Alis Sultan terangkat”Emangnya ada pa
Roy..tumben lu nanya yang kaya gitu?”
“Ga papa kok,cuma penasaran aja kemaren ngelihat dia lagi lewat”
Oh, jadi bukan anak baru
ya.Tentu saja.Goblok,kupukul kepalaku.Memangnya universitas bisa
menerima mahasiswa baru kapan saja seperti menerima murid di SMA ya..
Namanya Lestari..Hmm,bagus
juga.Apa iya aku tidak pernah melihatnya ya?Kampus ini kan tidak terlalu
besar,mahasiswanya pun tidak sebanyak universitas negeri. Tapi heran
juga ya,kenapa dia berbeda sekali penampilannya dengan mahasiswi lain.
Gayanya ituloh..Judes
habis.Kalau dilihatin mukanya langsung cemberut,Mukanya langsung nunduk
ke tanah.Jalannya pun jadi buru2,untung aja tidak jatuh keserimpet sama
bajunya yang panjang dan melambai-lambai itu.Yang terlihat cuma ekor
jilbab panjangnya yg berkibar ditiup angin.
Brakk,kubanting badanku di
tempat tidur.Kamar kost ini rasanya jadi pengap.Sudah berapa lama ya aku
tinggal di kamar ini?Kulirik poster besar di dinding kamarku.Bon
Jovi,Metallica dan..coretan-coretan dinding yang tidak jelas lagi
terbaca olehku.Tiba-tiba aku merasa asing di kamar ini..entah mengapa.
Lestari..Kenapa dia lagi?Aku
sendiri heran,kenapa akhir-akhir ini aku selalu memikirkannya.Tadi dia
disana,diujung jalan itu.Lengkap dengan baju besar dan jilbab panjangnya
yg mirip ekor kuda jika melambai di tiup angin.Cerah sekali dia dengan
baju pinknya itu.Segar.Apalagi saat melihatnya tersenyum dan tertawa
bersama teman2nya..Merdu sekali.Rasanya baru sekali ini aku mendengar
tawa yg begitu indah.
Lho,ada apa denganku?aku
terbangun.tertegun.Seakan tidak percaya dengan apa yg kupikirkan
tadi.Ada apa ini?Perasaan apa ini?Mungkinkah..ahhh,kutepis pikiran itu
jauh-jauh.Masa sih aku telah jatuh cin….
What?jatuh cinta sama cewek kaya
gitu.No way!! Bisa kiamat kalau begitu.Siapa sih yg tidak kenal
aku,cowok tertampan di kampus ini.Penuh dengan daya tarik plus
kepintaran.Penjaga kantin sama office boy di kantor dekan saja pasti
kenal sama aku.Cewek mana sih yg tidak suka aku deketin?Baru aku beri
senyuman saja biasanya sudah jingkrak-jingkrakan.SMS,telpon,surat cinta
adalah hal yg biasa untukku.Kalau aku bosan,aku bisa saja mengajak
mereka berganti-ganti untuk kencan,nonton di bioskop,makan malam
romantis yg pasti ujung-ujungnya aku bisa saja berbuat semauku pada
mereka.
Tapi kenapa dengan yang satu
ini?Kok dia beda banget ya sama cewek-cewek yang aku kenal.Di kampus yg
terkenal bagus dan mahal ini,semua pasti ingin terlihat keren.dari mulai
rok mini,tanktop sampai baju yang kehabisan bahan alias cuma kain
nempel seperti mbok2 dipake di kampus ini.Tapi dia?Sudah panjang
bajunya(lebih tepat seperti daster mbok minah di rumah),panjang pula
jilbabnya.Apa sih yg ditutupin?Apa dia punya penyakit ya..kudisan
barangkali?Atau barangkali kepalanya botak ya?
“Dia emang beda Roy,”mimik
Sultan terlihat serius.”Lestari itu ga sama dengan cewek yang kita
kenal,yang sukanya dandan,hura2 ama ngedugem bro..”
“Lantas,dia seperti apa
dong?”Kuhisap dalam rokokku.”Dia itu sukanya ngetem di perpus.Tempat
favoritnya ya,mushola di kampus kita. Kalau lu ga percaya,datang saja
kesana tiap kamis sama minggu.Dia datang terus tuh.Kalau ga salah ada
pengajian apa demo masak gitu di mushola..tau deh,gue juga ga ngerti.Ini
juga gue tanya-tanya sama arif temen kostan ku,dia kan juga sering ke
mushola..”
Mushola?ga salah
tuh.Kesana?boro-boro ke mushola,seumur hidup aku nginjak ke masjid itu
juga buat menghadiri akad nikah kakakku.”Ga salah lu? Trus kalo gue
kesana,pake bawa undangan ga?Atau pakaian khusus gitu?”
“Gue juga ga tahu tuh,datang saja deh.Liahtin saja dulu,kaya apa sih mushola itu..?”
Akhirnya aku disini.Ternyata
mushola ini kecil sekali.Ruangannya bersih.Wangi.Beda banget sama tempat
biasa aku ngumpul bareng teman-temanku,penuh dengan asap Rokok dan
sampah dimana-mana.Dipojok kanan pintu ada rak buku. Ku ambil buku yg
ada disitu. Pedoman sholat lengkap.Buku apaan ini? Rasanya aku tidak
punya koleksi buku seperti ini. Kubuka lembar demi lembar. Oh,panduan
sholat.Ada gambarnya,eh bagus juga.Jadi ingat,kapan ya terakhir aku
melakukan seperti yg ada di gambar ini?
a“Assalamualaikum..sendiri aja bang?”Ups,buku yang kupegang hampir terjatuh.”Eh salamm…kum eh …iya nih,sendiri?”
“Kok masih sepi saja ya,belum pada datang ya..yuk,kita siap-siap.Sebentar lagi ustadznya mau datang”
“Oh,iya..”Gagap kuikuti
langkahnya.Siapa ya? Kok aku ga kenal? Kulirik sepintas penampilannya.
Jadul banget..jaman dulu gayanya.Baju putih panjang dan celananya
itu..seperti abis kebanjiran di lipat keatas. Belum lagi janggut
tipisnya yg nongkrong di dagunya. Tanpa sadar kuraba daguku. Bersih.
Habis dicukur tadi pagi. Ganteng begini kok…
Akhirnya aku disini. Di barisan
terdepan. Tepat di depanku duduk ustadz muda yg memberikan ceramahnya.
Tentang sholat.Cuma itu yang masuk ke otakku. Kutengok ke belakang.
Perasaanku ada suara-suara perempuan di belakang sana,tapi kenapa tidak
kelihatan ya. Tertutup oleh kain panjang mirip korden di kostanku. Pasti
Lestari ada di balik kain itu. Huh,gimana dong caraku melihatnya.
Akhirnya, selesai juga. Ustadz muda itu tersenyum dan
menyalamiku.”assalamualaikum..nama saya Farid.Ente siapa? Kayaknya baru
ketemu hari ini?”
“Eh,iya ustadz. Na….nama saya
Roy..eh bukan ustdz,Rachmat ustadz.”Ku jawab dengan terbata-bata. Kok
tau sih dia? Bukannya aku ngerasa sudah terkenal di kampus ini? Roy gitu
loh..eh salah tapi kok Rachmat ya? Itu kan nama asliku. Nama yg diberi
oleh mama papaku sejak lahir. Akhirnya lagi dan lagi…ustadz muda yang
bernama Farid itu mengajakku mengobrol panjang. Orangnya sih,muda
banget. Sepantaran umurnya sama kakakku. Lulusan dari kampus ini juga.
Dua tingkat diatasku. Sekarang mengajar di salah satu fakultas di
kampusku. Jadi Dosen fisika. Keren juga. Sudah menikah. Anaknya baru
satu. Aku heran,ngobrol dengannya tak berasa waktu dua jam
berlalu.Ustadz Farid atau Farid Arifin tepatnya,mohon pamit karena harus
mengisi pengajian di tempat lain.Aku pulang dengan perasaan yg
lain.Entah mengapa…
Dia lagi,dia lagi. Kali ini
dengan daster biru dan jilbab birunya. Manis sekali..rasanya ingin
sekali aku menyapanya dan menyent..eh,apaan sih? Kok jadi begini
perasaanku sama dia? Kenal juga tidak. Kuhisap rokokku pelan-pelan.
Eh,dia melihatku. Sebentar saja lalu menundukkan kepalanya dan berlalu
dari hadapanku. Ada apa ya? Biasanya cewek-cewek kalau ngelihat aku
pasti langsung nempel kaya prangko. Kok dia lain. Apa ada yang salah
sama mukaku? Perasaan tadi sudah mandi dan cukuran kok. Apa dandananku
yang super keren ini atau..rokokku? Buru-buru ku buang rokokku itu.
Huh,pasti gara-gara itu dia tidak mau melihatku. Like a monster!!
Sepertinya aku malah semakin
tertantang nih. Tantangan untuk mendapatkannya. Harus
kudapatkan,walaupun dengan cara apapun juga. Siapa sih yang tdak kenal
dengan Rachmat eh Roy? Seluruh kampus ini pasti mau jadi pacarku.
Itu dia,ada di depan papan
mading ruangan ujung. Sendirian. Kesempatanku kali ini. Harus dapat
tidak boleh tidak. Dengan tergesa kudekati dia.”Hei..lagi ngapain?
Namakau roy” Kuulurkan tanganku.Dia Cuma melirik sebentar. Tangannya
tetap didada mendekap diktat kuliah yang besar.”Sombong banget sih,lu ga
tau siapa gue?”Marah juga aku akhirnya”Kalo jadi cewek jangan jaim gitu
deh!!” Kutarik tangannya dengan paksa. Brakk,buku berserakan di lantai.
”Astaghfirullah….”Dia menjerit kecil. Aku tidak peduli. Kupegang
tangannya erat-erat.”Gue suka sama lu,lu mau kan jadi cewek gue??!!lu
mau kan…” Tangannya sampai merah.”Aduh sakit..apaan ini? Lepaskan,atau
saya akan teriak..!!”Suaranya tambah kencang dan mukanya marah
sekali.”Lepaskan!!!”
Akhirnya kulepaskan juga
tangannya,daripada teriakannya di dengar orang di kampus trus aku
dikeroyok rame-rame. Dia langsung pergi berlari-lari sambil menangis.Aku
tertegun sejenak. Apa yang sudah kulakukan?? Inikah aku??
Kepalaku rasanya berputar.
Dengan gontai kuambil diktat yg berserakan di lantai.Ada namanya diatas
diktat itu.Lestari fitriani. Kubalik lembaran di dalamnya. Ada alamat
tertera disitu,jalan kemuning nomor lima.Ah itukan dekat dari sini.
Masih di dalam lingkungan komplek kampus ini. Kalau tidak salah itu
perumahan dosen. Mungkin lestari kost di salah satu rumah dosen disana.
Aku harus minta maaf.ini tidak boleh terjadi.Aku memang suka padanya
tapi bukan begini caranya.
Ini dia. Motorku berhenti tepat
dijalan kemuning no 5. Rumahnya kecil tapi asri. Bangunannya asli,belum
diangun seperti kebanyakan rumah dosen di sekitar sini.
Tok..tok..”Haloo..permisii..”
Lima menit kutunggu.tapi tidak
ada yang keluar “Hal..”Suaraku terputus.Dari arah pintu keluar seseorang
yang amat kukenal. Baru kukenal tepatnya.”Lho Rachmat?
Alhamdulillah,mau berkunjung kerumah saya.mari..silahkan masuk..”Senyum
ramahnya tidak mungkin kulupa.”Eh,iya ustadz Farid..trimakasih. Ustadz
tinggal disini?’
“iya..lho,memang tau rumah ini darimana?Ya sudahlah,masuk dulu…ada apa nih?”
Aku duduk.terdiam.Bagaimana ya mengatakannya.Apa ustadz Farid yang juga dosen fisika di kampusku ini bapak kostnya Lestari?
”Anu ustadz..em..emm..mau ketemu sama yang kost disini?’
“kost?Disini…siapa ya? Mungkin
salah, yang ada anak kostnya dirumah sebelah. Tapi,kira-kira siapa
namanya?Mungkin saya kenal?’Tanya ustadz Farid sambil
tersenyum.”Les..”Belum selesai kusebutkan namanya,muncul anak laki-laki
kecil “Abi..abi..mainnnn..”anak itu langsung memeluk ustadz Farid. ”Eh,
Fitrah jangan nakal ya. Abi ada tamu nih.”Oh,anak ustadz Farid
rupanya.”Ummi…ini Fitrah dibawa dulu..”Pasti lagi manggil ibunya.
”Oiya,siapa tadi yang dicari de
Rachmad?”Ustadz Farid menatapku serius.anaknya masih di pangkuannya.
Dari arah pintu dalam keluar sesosok yang menghentikan nafasku. Menelan
air ludahku saja rasanya tidak sanggup. Gemetar tanganku, Kepalaku
rasanya berputar. Ustadz farid menengok ke arah sosok itu.
”Oh,ini Fitri istri saya…Fitrah sama ummi ya?Lho,ummi ko matanya sembab begitu?Sepertinya habis nangis ya..kenapa mi?”
Mata itu.merah dan sembab.
Seperti habis menangis lama. Sedih sekali raut wajahnya. Aku merasa
bersalah. Berdosa.”Ada apa mi?oya,ini temen abi,namanya Rachmad…”
Kepalaku tambah berputar rasanya.Aku berharap tidak pernah berada disini….