MAKALAH
BASIS DATA TERDISTRIBUSI
Sejarah Perkembangan Basis Data Terdistribusi
Oleh:
Diki Kurniawan
090501012
UNIVERSITAS MEGOU PAK TULANG BAWANG
FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU
PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
2011
|
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Basis data terdistribusi (distributed
database) adalah suatu basis data yang berada di bawah kendali sistem
manajemen basis data (DBMS) terpusat dengan peranti penyimpanan (storage
devices) yang terpisah-pisah satu dari yang lainnya. Tempat penyimpanan
ini dapat berada di satu lokasi yang secara fisik berdekatan (misal: dalam satu
bangunan) atau terpisah oleh jarak yang jauh dan terhubung melalui jaringan
internet. Penggunaan basis data terdistribusi dapat dilakukan di server
internet, intranet atau ekstranet kantor, atau di jaringan perusahaan.
Untuk menjaga agar basis data
yang terdistribusi tetap up-to-date, ada dua proses untuk menjaganya, yakni
replikasi dan duplikasi. Dalam replikasi, digunakan suatu perangkat lunak untuk
mencari — atau lebih tepatnya melacak — perubahan yang terjadi di satu basis
data. Setelah perubahan dalam satu basis data teridentifikasi dan diketahui,
baru kemudian dilakukan perubahan agar semua basis data sama satu dengan yang
lainnya. Proses replikasi memakan waktu yang lama dan membebani komputer karena
kompleksitas prosesnya. Sementara itu, proses duplikasi tidak sama dan tidak
sekompleks replikasi. Dalam proses ini, satu basis data dijadikan master,
kemudian diperbanyak menjadi sejumlah duplikat. Selama proses duplikasi
berlangsung, perubahan hanya boleh dilakukan pada basis data master agar data
lokal tidak tertimpa.
Pengguna (user) dari sebuah basis data
terdistribusi dapat mengakses basis data melalui dua jenis aplikasi, yakni
- aplikasi local : aplikasi yang tidak memerlukan data dari tempat lain
- aplikasi global : aplikasi dengan kebutuhan akan data dari tempat lain
Dalam proses perancangan basis data
terdistribusi, harus diperhatikan aspek transparansi, yaitu interaksi user
terhadap basis data merupakan interaksi dengan satu sistem secara utuh.
Transparansi harus terlihat dalam dua hal, yaitu
- Distribusi: para pengguna harus dapat berinteraksi dengan sistem secara keseluruhan sebagai satu sistem yang utuh. Kesatuan ini harus ada pada kinerja sistem dan metode pengaksesan.
- Perubahan (transaksi): Setiap transaksi (penambahan, penghapusan, atau peng-update-an) harus mempertahankan integritas antara basis data yang berbeda-beda dalam satu sistem. Setiap transaksi harus dibagi ke dalam sejumlah subtransaksi, yang tiap-tiap darinya memberikan pengaruh pada keseluruhan sistem basis data
1.2 Batasan Penulisan
Penulis
membataskan pada permasalahan pengertian basis data terdistribusi, sejarah
perkembangan basis data terdistribusi, sejarah DBMS. Jadi makalah ini hanya
mengkaji tentang permasalahan permasalahan di atas.
1.3 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari hasil penulisan ini adalah
sebagai berikut:
a. Sebagai
sumber baca’an untuk mahasiswa yang mengambil mata kuliah basis data
terdistribusi.
b. Dengan
adanya makalah ini mahasiswa dapat mengetahui sejarah perkembangan basis data
terdistribusi.
c. Penulis
lebih bisa memahami tentang sejarah perkembangan basis data terdistribusi.
1.4 Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan dari penyusunan tugas ini sebagai berikut:
a. Sebagai
syarat untuk memenuhi tugas basis data terdistribusi.
b. Untuk
di diskusikan dengan mahasiswa untuk
memecahkan masalah yang terdapat pada makalah ini.
c. Untuk
melatih penulis agar agar mempunyai inisiatif yang terampil dan kreatif dalam
mengerjakan tugas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Basis Data Terdistribusi
Menurut
sejarah, sistem pemrosesan basis data terbentuk setelah masa sistem pemrosesan
manual dan sistem pemrosesan berkas. Sistem pemrosesan manual (berbasis kertas)
merupakan bentuk pemrosesan yang menggunakan dasar berupa setumpuk rekaman yang
disimpan pada rak-rak berkas. Jika suatu berkas diperlukan, berkas tersebut
harus dicari pada rak-rak tersebut. Bentuk seperti ini masih banyak dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat penerapan sistem komputer, sekelompok
rekaman disimpan pada sejumlah berkas secara terpisah. Sistem yang menggunakan
pendekatan seperti ini biasa disebut sistem pemrosesan berkas.
Sejak
tahun 1960-an penggunaan basis data sudah digunakan untuk bidang komersial,
dimana pemrosesan file-nya masih berbasis manajemen file tradisional.
Perkembangan komputer yang semakin pesat diikuti dengan perkembangan perangkat
lunak untuk aplikasi bisnis, sejak tahun 1970-an sampai awal tahun 1980
manajemen berbasis file tradisional berkembang menjadi manajemen basis data.
Di
dalam manajemen basis data dikenal berbagai model data yang dapat digunakan
untuk mendeskripsikan sebuah data dalam merancang suatu basis data. Manajemen
ini memungkinkan banyak user untuk mengakses data secara bersamaan sehingga
fasilitas yang dimiliki oleh manajemen sudah semakin banyak yaitu fasilitas
pemanipulasian data, kontrol konkurensi data, recovery data, keamanan data dan
didukung dengan fasilitas komunikasi data karena manajemen ini sudah terhubung
dengan suatu jaringan . Perkembangan dunia usaha semakin meningkat ditunjang
dengan perkembangan komunikasi yang mempermudah organisasi atau perusahaan
untuk mengakses data, sehingga mengubah manajemen basis data menjadi manajemen
basis data tingkat lanjut didukung dengan fasilitas data warehousing dan
fasilitas basis data berbasis web sebagai salah satu strategi organisasi dalam
meningkatkan kinerja dan keuntungan organisasi.
Perkembangan
teknologi basis data tidak lepas dari perkembangan teknologi komputer, baik
pada perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software)nya.
Perkembangan teknologi jaringan komputer dan komunikasi data merupakan salah
satu penyumbang kemajuan penerapan basis data yang kemudian melahirkan sistem
basis data terdistribusi. Dampak perkembangan ini tentu saja dapat dirasakan
dalam kehidupan kita, seperti kemudahan untuk mengambil uang dengan fasilitas
ATM yang sudah diterapkan pada sistem perbankan di Indonesia.
Perkembangan
pada dunia perangkat lunak, seperti kecerdasan buatan, sistem pakar dan
pemrograman berorientasi objek, juga mempengaruhi perkembangan basis data,
sehingga lahirlah basis data berorientasi objek dan basis data cerdas. Tabel berikut ini memperlihatkan perkembangan
teknologi basis data.
Era
|
Perkembangan
Basis Data
|
1960-an
|
-
Sistem pemrosesan berkas
- DBMS
- Layanan informasi
secara online berbasis manajemen teks
|
1970-an
|
- Penerapan sistem
pakar pada suatu sistem pendukung pengambilan keputusan
- Basis data
berorientasi objek
|
1980-an
|
- Sistem hyperteks, yang
memungkinkan untuk melihat basis data secara acak menurut suatu kunci
(seperti yang diterapkan di internet)
|
1990-an
|
-
Sistem basis data cerdas
- Sistem basis
multimedia cerdas
|
2.2 Tinjauan Sejarah
DBMS
Generasi pertama DBMS didesain
oleh Charles Bachman di perusahaan General Electric pada awal tahun 1960,
disebut sebagai Penyimpanan Data Terintegrasi (Integrated Data Store). Dibentuk
dasar untuk model data jaringan yang kemudian distandardisasi oleh Conference
on Data System Languages (CODASYL). Bachman kemudian menerima ACM Turing Award
(Penghargaan semacam Nobel pada ilmu komputer) di tahun 1973. Dan pada akhir
1960, IBM mengembangkan sistem manajemen informasi (Information Management
System) DBMS. IMS dibentuk dari representasi data pada kerangka kerja yang
disebut dengan model data hirarki. Dalam waktu yang sama, dikembangkan sistem
SABRE sebagai hasil kerjasama antara IBM dengan perusahaan penerbangan Amerika.
Sistem ini memungkinkan user untuk mengakses data yang sama pada jaringan
komputer.
Kemudian pada tahun 1970, Edgar
Codd, di Laboratorium Penelitian di San Jose, mengusulkan model data
relasional. Di tahun 1980, model relasional menjadi paradigma DBMS yang paling
dominan. Bahasa query SQL dikembangkan untuk basis data relasional sebagai
bagian dari proyek Sistem R dari IBM. SQL distandardisasi di akhir tahun 1980,
dan SQL-92 diadopsi oleh American National Standards Institute (ANSI) dan
International Standards Organization (ISO). Program yang digunakan untuk
eksekusi bersamaan dalam basis data disebut transaksi. User menulis programnya,
dan bertanggung jawab untuk menjalankan program tersebut secara bersamaan
terhadap DBMS. Pada tahun 1999, James Gray memenangkan Turing Award untuk
kontribusinya pada manajemen transaksi dalam DBMS.
Pada akhir tahun 1980 dan
permulaan 1990, banyak bidang sistem basis data yang dikembangkan. Penelitian
pada bidang basis data meliputi bahasa query yang powerful, model data yang
lengkap, dan penekanan pada dukungan analisis data yang kompleks dari semua
bagian organisasi. Beberapa vendor memperluas sistemnya dengan kemampuan
penyimpanan tipe data baru semisal image dan text, dan kemampuan query yang
kompleks. Sistem khusus/spesial dikembangkan oleh banyak vendor untuk membuat
data warehouse, mengkonsolidasi data dari beberapa basis data. Penomena yang
paling menarik adalah adanya enterprise resource planning (ERP) dan management
resource planning (MRP), yang menambahkan substansial layer dari fitur
berorientasi pada aplikasi. Paket yang termasuk didalamnya meliputi Baan,
Oracle, PeopleSoft, SAP, dan Siebel. Paket-paket ini mengidentifikasi himpunan
tugas secara umum (misal manajemen inventori, perencanaan sumber daya manusia,
analisis finansial) dan menyediakan aplikasi layer secara umum untuk menangani
keprluan tersebut. Data disimpan dalam DBMS relasional, dan aplikasi layer
dapat disesuaikan untuk perusahaan yang berbeda. Lebih jauh lagi, DBMS memasuki
dunia internet.
Pada saat generasi pertama dari
Web site menyimpan datanya secara eksklusif dalam file system operasi, maka
saat ini DBMS dapat digunakan untuk menyimpan data yang dapat diakses melalui
Web browser. Query dapat digenerate melalui form Web, dan format jawabannya
menggunakan markup language semisal HTML untuk mempermudah tampilan pada
browser. Semua vendor basis data menambahkan fitur ini untuk DMS mereka.
Manajemen basis data mempertimbangkan pentingnya suatu data bersifat on-line,
dan dapat diakses melalui jaringan komputer. Saat sekarang bidang seperti ini diwujudkan
dalam basis data multimedia, video interaktif, perpustakaan digital,proyek
ilmuwan seperti proyek pemetaan, proyek sistem observasi bumi milik NASA, dll
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Databases terdistribusi sebagai berikut :
ü Kumpulan
data yang digunakan bersama yang saling berhubung secara logik tetapi tersebar
secara fisik pada suatu jaringan komputer. Atau
ü Database
yang disimpan pada beberapa komputer didistribusi dalam sebuah sistem
terdistribusi melalui media komunikasi seperti high speed buses atau telepone
line.
Pemanfaatan basis data terdistribusi dapat
memberikan manfaat bagi sistem yang mengimplementasikannya. Hal ini disebabkan
oleh kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, antara lain
- kinerja yang lebih baik karena data ditempatkan di tempat yang sesuai dengan kebutuhan dan komputer-komputer dalam sistem dapat bekerja secara paralel, sehingga pembebanan pada komputer (server) menjadi seimbang.
- alasan ekonomis, yaitu bahwa merancang sistem yang terdiri atas jaringan komputer-komputer kecil (sederhana) dibandingkan dengan mengimplementasikan komputer tunggal yang canggih.
- alasan modularitas, yaitu bahwa sistem-sistem yang bekerja dalam basis data terdistribusi dapat dimodifikasi, ditambah, atau dikurangi tanpa memengaruhi modul lain (sistem lain dalam basis data terdistribusi). Dengan pembagian lokasi data, jika terjadi masalah atau musibah pada sistem, tidak semua data terancam, melainkan hanya data pada tempat-tempat tertentu.
- alasan organisasi dan otonomi pada sistem-sistem yang berpartisipasi, misalnya pada suatu kantor perusahaan, terdapat beberapa departemen. Dengan basis data terdistribusi, data-data perusahaan dapat disebar ke tiap-tiap departemen yang bertanggung jawab atasnya.
Akan tetapi, di samping
kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, basis data terdistribusi juga memiliki
kendala, antara lain
- masalah kompleksitas, yaitu bukan pekerjaan yang mudah untuk membuat basis data yang tersebar terlihat sebagai satu kesatuan. Administrator basis data mempunyai tugas ekstra untuk menjaga agar basis data yang tersebar di berbagai lokasi terlihat transparan. Di samping itu, pemeliharaan sistem-sistem yang berlainan lebih kompleks ketimbang pemeliharaan sistem besar yang utuh sebagai satu kesatuan. Tingginya kompleksitas juga dapat menyebabkan pembengkakan biaya.
- masalah desain, yaitu bahwa desain yang dibuat harus memperhatikan arsitektur komputer yang terdiri atas sistem-sistem yang terpisah, selain itu juga memperhatikan data yang difragmentasi (dipecah-pecah) ke dalam lokasi berlainan. Perubahan dari basis data terpusat menjadi terdistribusi juga menjadi masalah karena belum ada standar metodologi dalam konversi DBMS terpusat menjadi DBMS terdistribusi.
- keamanan data, yaitu bukan hanya satu sistem yang harus diberi proteksi keamanan data, melainkan juga fragmen-fragmennya yang tersebar di berbagai lokasi, juga jalur komunikasi antarsistem.
- kendala mempertahankan integritas karena dalam menjaga integritas sistem melalui jaringan juga dapat memakan resource yang besar dari jaringan.
3.2 Saran
a.
Dalam aplikasi sistem manajemen basis
data terdistribusi (DDBMS), ada beberapa masalah (issue), yang harus
diperhatikan, antara lain:
ü Transparansi
ü perancangan
(desain)
ü pemrosesan
query
ü manajemen
transaksi arsitektur
dan middleware
Tidak ada komentar:
Posting Komentar